Kronik Partikelir
Oleh: Mulki Mulyadi Pagi sekali tuan itu bertandang ke sawah. Tengok sana suruh sini banyak bawahannya. Para petani yang memanggul gabah dan mencacah rumput. Menarik kerbau bajak petak yang siap tanam. Hari itu sekali sepekan petani bekerja pada sang tuan. Konon ia yang punya seluruh desa ini, Serta dua desa lain di sisi utara sana. Bagai anak bawang aku hanya melihat saja. Ayah bundaku yang mengangkat gabah kadang panenan tebu. Desaku penghasil padi dan tebu. Tapi gula putih itu tak pernah kucicipi. Lihat bayangannya pun hampir tak sanggup. Hanya pernah sekali dua kali menggigit batang tebu itu. Setidaknya rasanya aku sudah tahu. Tanah ini aku tak paham bagaimana. Bukannya semua tanah ini dulu punya nenek moyangku. Mengapa tuan itu yang ambil untungnya. Belakangan aku sadar, ini wilayah particuliere. Wilayah dimana tuan-tuan tanah itu berkuasa. Membeli tanah sekaligus desa-desanya. Yang jual tanah kami itu tuan-tuan londo