Fethullah Gulen dan Kudeta Turki
Semenjak
Turki mengalami kudeta militer yang gagal pada 16 Juli 2016 lalu, sosok
Fethullah Gulen dengan kelompok Hizmetnya menjadi bahan perbincangan baik di
media nasional maupun internasional. Sebabnya karena jajaran pemerintahan
Erdogan menuduh sosok ini dan kelompoknya sebagai otak di balik kudeta
tersebut. Lebih jauh pemerintah Turki telah menyatakan bahwa kelompok hizmet
adalah suatu jaringan teroris yang membangun negara parallel dalam Turki dan
menyebut gerakan ini dengan nama FETO (Fethullah Gulen Terrorist Organisation). Tak tanggung-tanggung, Erdogan dan perdana menterinya Binali
Yildirim mengeluarkan pernyataan akan memerangi siapa pun yang melindungi Fethullah
Gulen dan kelompoknya yang secara tidak langsung meminta Amerika serikat agar segera
mengekstradisi Fethullah Gulen kembali ke negara itu. Meskipun begitu, Fethullah Gulen dan Pergerakannya belum banyak di kenal oleh masyarakat
Indonesia dan sering kali disalah pahami oleh kebanyakan media mainstream tanah air bahkan banyak kalangan yang berkomentar salah kaprah mengenai gerakan ini baik di medsos maupun opini bebas di berbagai situs independen.
Siapakah sebenarnya sosok fathullah Gulen dan apakah benar ia adalah dalang dibalik kudeta militer yang gagal di Turki. Banyak orang Indonesia yang belum mengetahui bahwa kebanyakan rakyat Turki sejak lama memandang sosok misterius Gulen sebagai ulama yang sangat kharismatik. Gulen memulai dakwahnya dari masjid ke masjid sejak tahun 1966 yang lambat laun menjadikannya ulama paling populer di Turki dengan pengikut yang mencapai jutaan orang. Ia adalah ulama sunni-hanafi yang berbasis di pensylvania Amerika serikat. Gulen mengasingkan diri ke AS pada tahun 1999 disamping karena alasan kesehatan juga karena banyak gonjang-ganjing politik di turki yang membahayakan dirinya dan pengikutnya. Sejak saat itu Gulen membangun koneksi internasional yang mengendalikan jaringan pendidikan serta bisnis dari Amerika. Jutaan pengikut Gulen tersebar dan menempati posisi-posisi penting di dalam pemerintahan dan militer Turki. Selain itu kelompok ini juga menguasai media massa seperti surat kabar dan televisi. Tidak hanya di Turki, jaringan hizmet juga merambah asia tengah hingga Indonesia. Ideologi kelompok ini cenderung moderat dan humanis sehingga mudah diterima semua kalangan. Hal ini dikarenakan pikiran-pikiran Fethullah Gulen yang sangat mementingkan toleransi, dialog antar agama (interfaith dialog) dan pelayanan kepada masyarakat.
Siapakah sebenarnya sosok fathullah Gulen dan apakah benar ia adalah dalang dibalik kudeta militer yang gagal di Turki. Banyak orang Indonesia yang belum mengetahui bahwa kebanyakan rakyat Turki sejak lama memandang sosok misterius Gulen sebagai ulama yang sangat kharismatik. Gulen memulai dakwahnya dari masjid ke masjid sejak tahun 1966 yang lambat laun menjadikannya ulama paling populer di Turki dengan pengikut yang mencapai jutaan orang. Ia adalah ulama sunni-hanafi yang berbasis di pensylvania Amerika serikat. Gulen mengasingkan diri ke AS pada tahun 1999 disamping karena alasan kesehatan juga karena banyak gonjang-ganjing politik di turki yang membahayakan dirinya dan pengikutnya. Sejak saat itu Gulen membangun koneksi internasional yang mengendalikan jaringan pendidikan serta bisnis dari Amerika. Jutaan pengikut Gulen tersebar dan menempati posisi-posisi penting di dalam pemerintahan dan militer Turki. Selain itu kelompok ini juga menguasai media massa seperti surat kabar dan televisi. Tidak hanya di Turki, jaringan hizmet juga merambah asia tengah hingga Indonesia. Ideologi kelompok ini cenderung moderat dan humanis sehingga mudah diterima semua kalangan. Hal ini dikarenakan pikiran-pikiran Fethullah Gulen yang sangat mementingkan toleransi, dialog antar agama (interfaith dialog) dan pelayanan kepada masyarakat.
Hizmet
sendiri berasal dari Bahasa arab “khidmah” yang berarti pelayanan. Kelompok ini
tidak mempunyai badan organisasi yang jelas dan cenderung bergerak di bawah
tanah. Namun visi dan misinya terinspirasi dari visi dan misi Gulen yang secara
gamblang menjelaskan cita-cita pembentukan suatu generasi muslim yang
berkualitas, berhati emas serta menolak ekstrimisme. Hizmet menekankan muslim
harus bertanggung jawab secara professional di segala bidang dalam masyarakat
dan selalu berorientasi untuk pelayanan umat. Hizmet mengedepankan kemajuan
berpikir dan toleransi dengan mendorong dialog antar agama dan penguatan sains
dan teknologi. Sekolah-sekolah yang berafiliasi dengan hizmet atau fethullah
gulen umumnya adalah sekolah yang berprestasi dan bermutu tinggi, sebab para
gurunya kebanyakan adalah alumni dari universitas-universitas ternama di Turki
dan Negara lain yang tentunya memiliki kemampuan mumpuni di bidang ilmu sosial
dan sains. Jaringan bimbel dan asrama mahasiswa yang dibina oleh kelompok ini
juga menekankan semangat kebersamaan, kesalehan sosial dan ukhuwwah Islamiyah, namun
berdasarkan pengalaman penulis sendiri tidak ada aktifitas politik atau semacamnya dalam berbagai kegiatan yang diadakan oleh aktivis Gulen di Indonesia. Jaringan bisnisnya juga berkembang
karena memiliki jaringan pengusaha yang mendanai operasional kelompok. Hanya
saja memang kelompok ini lebih tertutup untuk orang luar sehingga terlihat
lebih mengkhawatirkan bagi Erdogan ketimbang gerakan yang terlihat bisa
diprediksi pergerakannya. Tingkat elit dalam kelompok Hizmet berbeda dengan
tingkatan akar rumput. Biasanya orang akan tahu begitu ia berinteraksi dengan
anggota Hizmet di tingkatan elit dan membaca buku-buku karangan Fethullah Gulen. Hanya di Turki
kelompok ini di hadang oleh Erdogan, sementara di tempat lain seperti Asia
Tengah dan Amerika Hizmet cenderung dikagumi karena integritas, ketulusan dan toleransi
para anggota yang berafiliasi kepada gerakan ini.
Kelompok
hizmet mulanya adalah sekutu dekat Erdogan dengan partainya AKP. Dengan basis
massa yang besar Hizmet dapat membantu memenangkan Erdogan dalam pemilu tahun
2002. Namun kasus skandal korupsi serta ambisi politik Erdogan yang dinilai oleh
kalangan Hizmet sebagai kemunculan diktator baru seperti Saddam Hussein membuat
hubungan keduanya memburuk. Pada tahun 2014, terjadi skandal korupsi yang
mengguncang pemerintahan Erdogan yang membuat gulen mencabut dukungannya
terhadap pemerintahan Erdogan. Kemudian keputusan para hakim, jaksa dan polisi
yang diduga terafiliasi hizmet untuk mengusut kasus korupsi yang melibatkan
Erdogan dan keluarganya membuat Erdogan menjadi berang, ia menuduh kelompok
hizmet tengah berupaya menjatuhkan pemerintahannya dengan membentuk Negara
dalam Negara (Parallel State). Ia menolak semua tuduhan yang mengarah padanya
dan memerintahkan pemecatan serta penangkapan bagi para hakim, jaksa dan polisi
dengan tuduhan pencemaran nama baik Perdana Menteri, serta memerintahkan untuk menutup
sekolah-sekolah, lembaga kursus dan bimbingan belajar yang berada di bawah
binaan kelompok Hizmet. Surat kabar Zaman, yang terbesar di Turki, sendiri telah ditutup paksa dan pemimpin redaksinya ditangkap karena sering mengkritisi pemerintahan Erdogan. Pucaknya pada Kudeta militer yang gagal 16 Juli lalu,
Erdogan beserta pendukungnya melancarkan pembersihan besar-besaran di tubuh
militer dan pemerintahan, bahkan universitas yang ‘berbau’ Gulen dan Hizmet
ditutup serta para dosennya di tangkap. Guru-guru sekolah pun tidak luput dari
penangkapan pemerintah. Hingga tulisan ini ditulis sudah puluhan ribu orang
telah ditangkap karena dianggap terlibat dengan Jaringan terroris yang mereka
namakan FETO.
Terlepas
dari tuduhan yang dilancarkan oleh Erdogan tentang Gulen dan gerakan Hizmet, Fethullah Gulen tetap bersikukuh bahwa ia bukanlah dalang dari kudeta yang
gagal itu dan menyatakan bahwa tidak ada bukti-bukti valid yang mendukung tuduhan tersebut. Gulen kemudian balik menuding Erdogan sebagai dalang dibalik kudeta terhadap
dirinya sendiri untuk melanggengkan kekuasaannya. Menurutnya, Erdogan telah
lama sakit hati karena Gulen tidak mendukungnya saat ia ingin dipanggil sebagai
‘Amirul Mukminin’ yang berarti pemimpin orang-orang beriman. Gulen juga
menekankan bahwa dirinya sebagai orang yang telah berulang kali merasakan
pahitnya penindasan kudeta, tidak mungkin mendukung kudeta semacam itu, bahkan
ia sangat mendukung sistem demokrasi yang sah sesuai pilihan rakyat. Gulen juga menolak permintaan beberapa kalangan untuk meminta maaf kepada Presiden Turki yang disebutnya sebagai pengkhianatan terhadap usaha-usaha para Aktivis Hizmet yang telah berjuang demi pendidikan, toleransi beragama dan demokrasi di seluruh dunia. Selanjutnya Gulen menyerukan agar segera dibentuk komite internasional yang independent agar dapat melakukan inverstigasi atas kudeta tersebut. Kemudian dihadapan puluhan wartawan lintas negara ia menyatakan siap untuk diekstradisi kembali ke Turki jika dinyatakan bersalah. Dalam hal ini Menlu AS, John Kerry juga telah
menyatakan bahwa akan mengabulkan permintaan Turki jika ada bukti yang kuat
tentang keterlibatan Gulen dalam kasus tersebut.
*Penulis sedang mengambil Master pada Jurusan Ilmu Sejarah, Universitas Indonesia.
Komentar
Posting Komentar