Arab sebelum dan setelah Islam


Oleh: Mulki Mulyadi Noor
Bandingkan kondisi dunia Arab sebelum dan setelah Islam?
Sebelum Islam
Pusat kota-kota di semenanjung Arab yang gersang membutuhkan air dari curah hujan yang turun sedikit sepanjang tahun. Wadi atau lembah yang subur sangat sedikit sekali dapat menghasilkan produk pertanian seperti Kurma dan gandum. Kebudayaan yang berbasis Agraris di dunia sebelum Islam timbul di lembah-lembah Sungai seperti Nil, Tigris, dan Eufrat. Pendapatan dari hasil pertanian ini tentu saja milik penguasa lokal di negeri tersebut. Namun berbeda dengan kota-kota Arab, Di dunia Arab tidak ada penguasa tunggal yang berkuasa di seluruh semenanjung yang kering itu, dan tak ada satu pun penguasa di lain negeri yang berminat menguasai tempat yang dirasa kurang menguntungkan tersebut.
Perniagaan menjadi sangat populer di wilayah bulan sabit subur dan Arabia yang berbahasa Semit, itu berarti masuknya barang-barang baru dari timur dan barat yang tidak bisa di dapatkan di padang pasir. Kelas saudagar dan pedagang lebih menonjol ketimbang kelas petani. Masyarakat pedagang ini lebih kepada Populisme, Moralitas dan Egalitarian. Sedangkan di Iran kelas-kelas pemilik tanah (Land Lord) mengalahkan Saudagar dan lebih menyukai bentuk-bentuk Aristokratik dan komunitas Hierarkis
Percampuran kebudayaan di luar negeri Arab telah berlangsung ribuan tahun, kerajaan Sasania, Byzantium, Lakhmid, Ghassan dan Himyar adalah kerajaan yang mengelilingi Arabia pada masa tak jauh sebelum Islam datang. Tiga kerajaan terakhir adalah kerajaan Arab yang umumnya tunduk pada salah satu dari dua bangsa adidaya ketika itu yakni Persia dan Romawi. Istilah Irano-Semitik adalah istilah yang menunjukkan percampuran budaya di wilayah-wilayah sekitar bulan sabit subur beserta Irak di Mesopotamia. Kebudayaan yang bersifat Helenistik ketika itu berkembang dan sangat bervariasi yang terbentang dari lembah Nil (yang sangat kental pengaruh Yunaninya) hingga sungai Oxus (kental dengan pengaruh Sansakerta, India).
Sedangkan Agama-agama yang berkembang adalah Kristen dan yahudi. Agama Zoroaster atau Majusi tidak berkembang di Arabia dan wilayah bulan sabit subur atau wilayah yang secara resmi tunduk di bawah Bizantium yang Kristen. Hanya kepercayaan Manikean yang mampu menyebar sampai ke Afrika utara namun segera meredup dan habis dalam waktu yang tidak terlalu lama.  Yaman segera ditaklukan oleh orang-orang Kristen setelah sebelumnya berdiri sebuah kerajaan Yahudi, yang pada masa setelahnya ditaklukan oleh Kristen Abbesinia dan mencoba menghancurkan Ka’bah di Makkah.

Setelah Islam
Kebudayaan bangasa Arab secara umum pada permulaan datangnya Islam adalah bersifat Nomadisme-Unta. Unta menjadi salah satu hewan yang istimewa dan menjadi basis kehidupan di padang pasir. Kaum Badui yang menghuni gurun-gurun secara periodik berpindah dari satu tempat ke tempat yang lain dengan gembalaan mereka untuk mencari rumput dan terkadang saling berperang untuk memperebutkan wilayah dan air. Kaum elit Badui yang telah menetap membangun kota-kota di Arabia dan mulai meninggalkan kehidupan Nomaden tapi masih membutuhkan unta dan kuda untuk bepergian jauh. Perniagaan menjadi pekerjaan utama bagi mereka, sekaligus telah menjadikan orang-orang Arab di perkotaan sangat makmur dengan kekayaan melimpah. Meskipun di beberapa kota berbasis agraris seperti yatsrib dan Thaif, kota-kota ini membutuhkan sarana pengangkut bagi prodak pertanian mereka dan juga konsumen dari kalangan Badui yang secara teratur mengunjungi kota untuk menjual hewan gembala mereka dan membeli bahan pangan.
Sistem klan sangat menentukan nasib seseorang di tanah Arab. Seorang yang tidak mempunyai klan akan terancam jiwanya karena tidak mempunyai pelindung. Kesetiaan kepada klan mutlak diperlukan untuk melindungi klan itu sendiri dan serangan klan lainnya yang lebih kuat dan besar. Klan-klan besar menikmati status terpandang dari Arabia dan ketika melakukan perjalanan kekuatan mereka diperhitungkan. Quraisy adalah persekutuan dari banyak klan (Kabilah) yang menguasai kota Suci Makkah, seraya menikmati perlakuan khusus di seantero Arabia disamping karena melayani kota suci juga karena seluruh kabilah di Arab dianggap mempunyai darah Quraisy dalam keturunan mereka.
Setelah Islam di Makkah diperkenalkan dan mengalami banyak tantangan dari kaum Quraisy, Islam mengalami banyak penindasan meskipun akhirnya berhasil membangun sebuah negeri yang independen di Yatsrib. Dari sana kebudayaan Arab lama direstorasi dan mempunyai corak keislaman hingga saat ini. Salat satu corak terpenting dalam kebudayaan yang bercorak Islam adalah perkembangan agama dan komunitas Islam itu sendiri. Pada masa-masa awal islam, komunitas dibangun dengan dasar kebudayaan arab secara umum. Asimilasi kebudayaan terjadi akibat penaklukkan dan ekspansi Islam ke luar Jazirah Arab. Ciri terpenting dari komunitas Islam adalah diadopsinya Syariat Islam sebagai pedoman kehidupan masyarakat. Sistem klan lama dan tradisi yang buruk segera ditinggalkan karena hanya menghasilkan perpecahan. Tradisi Paganisme sama sekali dihancurkan setelah penaklukkan Makkah dan Islam pun menyebar hingga ke seluruh Arabia. Hingga wafatnya Nabi Muhammad mayoritas masyarakat Arabia telah mengadopsi sistem Islam dan kehidupan mereka sehari-hari dengan tunduk pada satu pimpinan (Khalifah) di Madinah.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Het Landbezit der Chinezen in Nederlandsch-Indie (Javabode 1858)

Sajak Budaya: Arung Pelaut, Jaya Selalu

Ekonomi dan perniagaan di Asia tenggara abad ke 15-17 M