LAPORAN PENELITIAN NASKAH
Oleh:
M.
Mulki Mulyadi Noor
Yeni
Marpurwaningsih
Nabilah
PENDAHULUAN
Latar Belakang dan Tujuan Penelitian
Indonesia memiliki kekayaan Naskah
dari berbagai daerah di Nusantara. Naskah-naskah itu sendiri saat ini banyak
tersebar di beberapa daerah, baik di museum-museum, perpustakaan-perpustakaan, instansi,
lembaga-lembaga tertentu yang mengelola pernaskahan, selain itu, naskah-naskah
tersebut juga ada yang mengoleksinya secara pribadi. Tak hanya di Indonesia,
naskah Nusantara juga terdapat di 25 negara lainnya, seperti Malaysia,
Singapura, Brunei, Belanda, Thailand, Swedia, Amerika, Inggris dan lain-lain.
Sampainya naskah Nusantara ke negara yang tidak termasuk kedalam Nusantara
seperti Inggris, Amerika, Belanda, Swedia dan lain-lain, disebabkan oleh
transaksi bisnis ilegal dalam kajian Filologi di wilayah Nusantara dan mengirim
misionaris maupun para sarjana ke wilayah Nusantara untuk memudahkan negara
tersebut memahami tabiat penduduknya, sehingga dapat menyebarkan paham-paham
yang mereka anut dengan jalan yang tepat.
Jumlah naskah
yang dimiliki Nusantara sendiri mencapai ribuan banyaknya. Sayangya belum banyak
orang maupun instansi yang mengkaji lebih dalam tentang Filologi. Prof. Dr.
Nabilah Lubis, M.A dalam bukunya “Naskah, Teks dan Metode Penelitian Filologi”
mengibaratkan kajian Filologi sebagai bola yang belum banyak orang
menendangnya, sehingga bola tersebut hanya berpindah-pindah pada pasang kaki
yang itu-itu saja. Akibatnya gol-gol yang dihasilkanpun menjadi terbatas.
Sosialisasi penelitian Filologi sendiri memang belum maksimal, sehingga masih
belum banyak karya bermutu yang dihasilkan dari kajian Filologis.[1]
Untuk itu, kami
(Mahasiswa Jurusan Sejarah dan Kebudayaan Islam) berusaha mengkaji salah satu
dari ribuan naskah yang dimiliki oleh Indonesia. Tujuan dari kajian naskah ini
adalah untuk memahamkan kami lebih dalam lagi tentang bagaimana caranya menghasilkan
sebuah karya yang bermutu dari naskah-naskah yang dimiliki Indonesia. Dengan
bimbingan dari dosen Filologi kami, yakni: Bunda Dra. Tati Hartimah, M.A, kami
melakukan penelitian naskah sederhana kami. Bunda Tati senantiasa sabar
menyampaikan kepada kami mahasiswanya untuk selalu memperhatikan naskah,
mengkaji lebih lanjut dan berusaha menjadikan naskah sebagai kajian keilmuwan
dalam menghasilkan karya bermutu untuk Indonesia yang lebih baik. Karena dari
kajian naskah ini, kita akan mengetahui budaya yang dimiliki Indonesia lebih
dalam, sehingga tujuan Filologi mengungkapkan nilai-nilai budaya lama sebagai
alternatif pengembangan kebudayaan akan terwujud.
Naskah yang kami
pilih untuk diteliti berasal dari negeri Batak. Dalam penelitian sederhana kami
ini, kami akan menjelaskan proses dan hasil dari penelitian yang dilakukan
sesuai dengan metode/langkah-langkah dalam penelitian Filologi.
PEMBAHASAN
Dibawah ini kami
akan menjelaskan prosedur/langkah-langkah yang dilakukan terhadap naskah batak
185a, sesuai dengan prosedur/langkah-langkah dalam penelitian Filologi. Berikut
laporannya:
Ø Inventarisasi Naskah
Naskah yang diteliti adalah naskah dengan kode 185a di
Perpustakaan Nasional Republik Indonesia. Dalam keterangan katalog Naskah
Nusantara dari Perpustakaan Nasional, naskah yang kami pilih memiliki 3
halaman. Namun, saat kami menerima naskah yang berkode 185a, hanya ditemukan 1
halaman depannya, 2 halaman lainnya tidak ditemukan/hilang.
Setelah kami
melakukan pencarian ditempat lain melalui internet, kami tidak menemukan naskah
yang sama ada ditempat lain. Maka kami hanya memiliki naskah yang ada di
Perpustakaan Nasional untuk diteliti. Saat kami menanyakan informasi lebih
lanjut tentang naskah 185a ini kepada petugas penjaga naskah Perpustakaan
Nasional, para petugasnya tidak mengetahui informasi lebih lanjut tentang
naskah, karena mereka hanya menjaga naskah-naskah yang ada.
Ø Deskripsi Naskah
Naskah 185a ini
dalam keadaan baik saat kami mendapatkannya. Kertasnya memiliki ketebalan
seperti kertas HVS dan berwarna abu-abu seperti koran. Tidak ada water mark di
dalam naskah tersebut. Tulisan yang ada dalam naskah ini terlihat jelas,
sehingga dapat dibaca dengan jelas. Terdapat 2 aksara, yaitu aksara batak dan
aksara latin. Aksara batak dengan bahasa batak dan aksara latin dengan bahasa
belanda. Halaman pertama dari naskah ini terdiri dari beberapa catatan yang
setiap kalimatnya diberi angka dari 1-14 untuk aksara batak. Tidak ada spasi
dalam tulisan batak ini, tidak ada tanda baca seperti (. , : ; “” ? ! dan
lain-lain) hanya ada tanda kurung () di beberapa nomor.
Karena terdapat
tulisan yang berbahasa Belanda, kami memperkirakan bahwa kertas yang digunakan
berasal dari Eropa, kertas Eropa sendiri mulai digunakan pada abad ke-18 oleh
penduduk Indonesia saat itu. Ukuran kertasnya sendiri hampir sama dengan ukuran
kertas HVS. Untuk huruf-hurufnya berukuran sedang, bagus dan jelas, hanya saja
tidak ada keterangan pengarang, tanggal pembuatannya dan tempat penulisan
naskah ini pada halaman pertama naskah tersebut.
Ø Metode Penelitian
Karena naskah
yang kami teliti tunggal, maka kami menggunakan Metode Penelitian Naskah
Tunggal dengan Edisi Diplomatik. Edisi Diplomatik dalam penelitian naskah
tunggal adalah suatu cara mereproduksi teks sebagaimana adanya tanpa ada
perbaikan atau peruabahan dari editor.[2] Dalam
edisi diplomatik ini, kami menggunakan Transliterasi dan Terjemahan teks
terhadap naskah batak 185a. Alasan kami menggunakan edisi diplomatik dengan
transliterasi dan terjemahan ini, karena diantara kami tidak ada yang mengerti
aksara batak dan bahasanya, sehingga untuk meneliti naskah ini kami berusaha
bersama-sama mempelajari aksara dan bahasa batak yang dimulai dari awal.
v Transliterasi/Transkipsi
Dalam transliterasi naskah batak 185a
ini, kami berusaha mengalih-aksarakan kedalam huruf latin. Aksara batak yang tidak memiliki spasi pada
setiap katanya, kami berikan spasi dalam huruf latin untuk mempermudah pembaca
memahami kata demi kata yang ada di naskah tersebut.
Op den rug
Beg el:
1)
Su rang ma ho batara pangulubalang ni si
2) (pangulubalang) maor jan tung pangu
3) Lubalang ni gu rung hu amuni tang
hah tung
4) Ga lang batara di tung hap pang
ngoal
5) Surung pa tung hap pa tung ga la na
ma ho
6) Sa ni mu sung hu surung
7) Ma ho pangulubalang na ama ni baot
8) Baot di paor ti (bi) batara si baot
9) Baot di a hahsa asa surung ma tobat
(toba)
10) Tiba di a rujimu sung ru pa li
11) Ut lan na so ba ruha noda
12) Mu sung hu
Op den achterkant v/s rechterarm
13) Surung ma ho pangulubalang ni
14) Batara matajalut
v
Terjemahan
Dalam menerjemahkan bahasa batak
dan sedikit bahasa Belanda ini, kami menggunakan cara terjemahan agak bebas.
Terjemahan agak bebas adalah penerjemahan yang diberi kebebasan dalam proses
penerjemahannya, namun kebebasan ini masih dalam batas kewajaran. Dibawah ini
hasil terjemahan yang kami lakukan.
Di Bagian Belakang
Pengantar:
1) Engkaulah satu-satunya dewa
(pangulubalang) yang dipuja di perayaan ini (panen).
2) (Pangulubalang) rupanya tidak
tenang menerima/menyambut Pangu-
3) lubalang dengan membungkuk oleh manusia/hewan
sambil menyiapkan segala sesuatu disamping kanan dengan tanggung jawab dari
orang yang telah dewasa.
4) Menghidangkan kepada dewa,
sekiranya dengan meminum semacam anggur (memabukkan) sambil memukul tabuh.
5) Untuk Engkau (dewa) yang utama
adalah makanan kenduri, sejenis tanaman menjalar (Umbi), dan sejenis pohon.
6)
Juga setangkup beras (di taruh dalam kulit pisang berbentuk
corong) untukmu.
7) Engkaulah Pangulubalang sebagai
perintis/pembuka jalan saat kami salah berbicara/mencaci.
8) Salah berbicara/mencaci dalam
keadaan tidak tenang sambil sibuk menebang pohon kayu oleh seorang laki-laki yang
marah sambil mencaci.
9) Bagaimana cara mempertanggung
jawabkan cacian? Maka yang pertama dilakukan adalah penceburan diri ke danau
(toba).
10) Apa yang harus diberikan untuk
dipersembahkan? Batang kayu kecil milikmu yang diatasnya berbentuk corong
(berisi beras) yang dipersembahkan pada bulan ke 11 (dalam kalender batak).
11) Lalu mengambil air yang banyak
untuk dicuci mulutnya untuk mensucikan dirinya dari kesalahan mengatasi sesuatu
yang tak berhasil dimiliki.
12) Untuk Engkau, Sesembahan (batang kayu kecil yang diatasnya berbentuk corong berisi beras) dari hamba ini.
Di bagian belakang v/s Sebelah kanan
13) Engkaulah yang paling utama wahai
dewa (Pangulubalang).
14) Dewa yang Maha Mengawasi.
Ø Analisis Konteks (Isi teks)
Secara
keseuruhan isi teks ini, menceritakan tentang penyembahan terhadap dewa pangulubalang
(roh nenek moyang). Pangulubalang sendiri diberi gambaran berupa patung kecil yang
dipuja dan diberikan pupuk (Sesajen) sebagai lambang pemberi kesejahteraan bagi
masyarakat batak. Orang-orang batak dahulu mempercayai bahwa hanya arwah
leluhur yang dapat menyebabkan beberapa penyakit atau malapetaka bagi manusia.
Maka penghormatan dan penyembahan dilakukan kepada arwah leluhur akan
mendatangkan keselamatan, kesejahteraan bagi orang tersebut maupun pada
keturunannya. Kuasa inilah yang paling ditakuti oleh orang batak dalam
kehidupannya di dunia ini dan yang dekat sekali dengan aktivitas mereka. Dalam teks ini juga dijelaskan
persembahan apa saja yang harus mereka sembahkan kepada dewa-dewa mereka
semisal beras, umbi-umbian, buah dsb.
Teks
ini lebih lanjut menerangkan bahwa saat seseorang melakukan kesalahan dalam
hidupnya, maka orang tersebut harus melakukan penghormatan dan penyembahan
kepada arwah leluhur mereka agar kesalahan mereka dapat diampuni. Sehingga
keburukan yang mungkin didapatkan tidak akan terjadi. Dalam naskah batak 185a
ini, menjelaskan bagaimana mereka melakukan penyembahan terhadap batara (arwah
leluhur) pangulubalang untuk terhindar dari keburukan. Penulis naskah ini
berusaha memberikan gambaran kepada pembacanya bagaimana orang-orang batak
mengatasi perbuatan-perbuatan buruk dari penganutnya supaya terampuni oleh dewa
kepercayaannya.
Adanya
tulisan berbahasa Belanda, kami menyimpulkan bahwa saat itu orang-orang batak
telah berinteraksi dengan bangsa Eropa. Sehingga untuk menjelaskan kepercayaan
mereka dahulu, mereka menjelaskannya lewat tulisan agar kepercayaan mereka ini
dapat diketahui oleh orang banyak diluar dari orang batak sendiri.
PENUTUP
Kesimpulan
Dari
penelitian naskah batak ini, kami dapat menyimpulkan bahwa naskah yang berkode
185a di Perpustakaan Nasional RI ini dalam kondisi baik dengan tulisan yang
jelas dan dapat dibaca. Naskah 185a ini menjelaskan tata cara penyucian diri bagi
orang yang melakukan kesalahan dalam hidupnya, dengan melakukan penghormatan
dan penyembahan terhadap arwah leluhur.
Kami
sadari bahwa hasil dari penelitian naskah sederhana kami, jauh dari sempurna.
Tidak seperti para Filolog yang melakukan upaya yang lebih baik dalam meneliti
naskah. Kami sebagai pemula mealakukan penelitian ini untuk melakukan
usaha-usaha yang dilakukan Filolog, agar kami dapat melakukan hal yang sama,
yaitu meneliti naskah dikemudian hari dan dapat menghasilkan karya dari kajian
naskah yang kami lakukan lebih lanjut nantinya.
Komentar
Posting Komentar